Total Pageviews

Tuesday, September 24, 2019

KEPERAWATAN DISASTER




KEPERAWATAN DISASTER
SAP  SPGDT
BENCANA GEMPA BUMI








Disusun  Oleh:
1.      Lisa Nurfadilah
2.      Anang Ariyanto
3.      Fahmi Hidayat
4.      M.Iqbaludin
5.      Uswatun Khasanah
6.      Aldila R

Kelompok 4
Kelas 4B



PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN DAN NERS
STIKes BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
Jl. Cut Nyak Dhien, Kalisapu – Slawi
Tegal
2014





BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
SPGDT adalah sebuah sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur, pelayanan pra Rumah Sakit, pelayanan di Rumah Sakit dan antar Rumah Sakit. Pelayanan berpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving is life and limb saving, yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam umum dan khusus, petugas medis, pelayanan ambulans gawat darurat dan sistem komunikasi. Indonesia adalah negara tersering mengalami gempa bumi se-Asia Tenggara berdasarkan Natural Disaster Reduction (2007). Hal ini menunjukan Indonesia adalah negara rentan terhadap gempa. Melihat fenomena itu tentu banyak permasalahan fisik, psikologis, spiritual, sosial, dan ekonomi yang terjadi. Manajemen bencana yang cepat perlu dilakukan dalam mengatasi hal yang terjadi karena bencana. Manajemen bencana mencakup interdisiplin, usaha tim kolaborasi, dan jaringan lembaga dan individual untuk mengembangkan perencanaan bencana yang meliputi elemen kebutuhan untuk perencanaan yang efektif. Manajemen bencana memilki beberapa fase, fase dalam manajemen bencana merupakan hal penting yang harus diketahui. Oleh karena itu, pada laporan tugas mandiri ini akan dibahas manajemen bencana dan dikaitkan dengan kasus gempa yang terjadi di padang.

B.     TUJUAN
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu dalam penambahan ilmu dan wawasan untuk mahasiswa SI Ilmu Keperawatan STIKes Bhamada Slawi.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mengetahui Definisi SPGDT
b.      Mengetahui Tujuan SPGDT
c.       Mengetahui Elemen Dalam SPGDT
C.     MANFAAT
1.      Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai pengetahuan tentang Sistem Penangulangan Gawat Darurat Terpadu
2.      Bagi Mahasiswa SI Ilmu Keperawatan
Sebagai penambah ilmu dan wawasan terkait penanggulangan bencana.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.    Definisi SPGDT
SPGDT (sistem penanggulangan gawat darurat terpadu) adalah suatu sistem pelayanan penderita gawat darurat yang terdiri dari unsur pelayanan pra rumah sakit,pelayanan di rumah sakit dan pelayanan antar rumah sakit. Pelayanan berpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving is life saving. yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam umum, awam khusus, petugas medis, pelayanan ambulan gawat darurat dan sistem komunikasi. Sejak beberapa tahun terakhir departemen kesehatan bekerja sama dengan para pakar dari profesi kesehatan telah mengembangkan apa yang disebut sistem penanggulangan gawat darurat terpadu SPGDT. SPGDT sehari hari adalah SPGDT yang diterapkan pada pelayanan gawat darurat sehari hari terhadap individu seperti penanganan kasus serangan jantung, stroke, kecelakaan kerja kecelakaan lalulintas, dsb.
SPGDT bencana adalah sistem penanggulangan gawat darurat terpadu yang ditujukan untuk mengatur pelaksanaan penanganan korban pada bencana. SPGDT bencana pada dasarnya merupakan eskalasi dari SPGDT sehari hari, oleh karena itu SPGDT bencana tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik bila SPGDT sehari hari belumdapat dilakukan dengan baik. Perlu ditekankan bahwa SPGDT ini harus terintegrasi dengan sistem penanggulangan bencana di daerah setempat, dalam hal ini adalah satuan koorddinasi pelaksana penanggulangan bencana dan pengungsi (satkorlak PBP).
Gempa bumi merupakan peristiwa alam yang ditandai dengan berguncangnya bumi secara tiba-tiba. Gempa bumi dapat menimbulkan bencana yang cukup parah bagi wilayah-wilayah yang mengalaminya. Gempa bumi yang besar dapat mengguncang tanah permukaan bumi dengan hebat, bahkan retak yang timbul dipermukaan dapat membuat mobil dan motor terperosok kedalamnya. Banyak rumah dan bangunan besar lainnya yang menjadi rusak. Gempa bumi ini berbahaya, apalagi jika terjadi pada malam hari ketika orang-orang sedang tertidur lelap. Tentu saja akan menyebabkan korban jiwa.
Sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur pra RS, RS dan antar RS. Berpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving is life and limb saving, yang melibatkan masyarakat awam umum  dan khusus, petugas medis, pelayanan ambulans gawat darurat dan komunikasi.
B.     Tujuan SPGDT
1.      Menghindari kerugian pada individu, masyarakat, dan Negara melalui tindakan dini.
2.      Meminimalisasi kerugian pada individu, masyarakat dan Negara berupa kerugian yang berkaitan dengan orang, fisik, ekonomi, dan lingkungan bila bencana tersebut terjadi, serta efektif bila bencana itu telah terjadi.
3.      Meminimalisasi penderitaan yang ditanggung oleh individu dan masyarakat yang terkena bencana. Membantu individu dan masyarakat yang terkena bencana supaya dapat bertahan hidup dengan cara melepaskan penderitaan yang langsung dialami.
4.      Memberi informasi masyarakat danpihak berwenang mengenai resiko.
5.      Memperbaiki kondisi sehingga indivudu dan masyarakat dapat mengatasi permasalahan akibat bencana.

C.     Elemen Dalam SPGDT
a.       SPGDT-S (Sehari-Hari)
SPGDT-S adalah rangkaian upaya pelayanan gawat darurat yang saling terkait yang dilaksanakan ditingkat Pra Rumah Sakit – di Rumah Sakit – antar Rumah Sakit dan terjalin dalam suatu sistem. Bertujuan agar korban/pasien tetap hidup. Meliputi berbagai rangkaian kegiatan sebagai berikut :
1)      Pra Rumah Sakit
a)      Diketahui adanya penderita gawat darurat oleh masyarakat.
b)      Penderita gawat darurat itu dilaporkan ke organisasi pelayanan penderita gawat darurat untuk mendapatkan pertolongan medik.
c)      Pertolongan di tempat kejadian oleh anggota masyarakat awam atau awam khusus (satpam, pramuka, polisi, dan lain-lain).
d)     Pengangkutan penderita gawat darurat untuk pertolongan lanjutan dari tempat kejadian ke rumah sakit (sistim pelayanan ambulan).
2)       Dalam Rumah Sakit
a)      Pertolongan di unit gawat darurat rumah sakit
b)      Pertolongan di kamar bedah (jika diperlukan)
c)      Pertolongan di ICU/ICCU
3)       Antar Rumah Sakit 
a)      Rujukan ke rumah sakit lain (jika diperlukan)
b)      Organisasi dan komunikasi

b.      SPGDT-B (Bencana)
SPGDT-B adalah kerja sama antar unit pelayanan Pra Rumah Sakit dan Rumah Sakit dalam bentuk pelayananan gawat darurat terpadu sebagai khususnya pada terjadinya korban massal yg memerlukan peningkatan (eskalasi) kegiatan pelayanan sehari-hari. Bertujuan umum untuk menyelamatkan korban sebanyak banyaknya. Adapun tujuan khususnya adalah mencegah kematian dan cacat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya, merujuk melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebih memadai, menanggulangi korban bencana.

D.    Peran perawat dalam manajemen bencana
1.      Peran dalam Pencegahan Primer
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana ini, antara lain; mengenali instruksi ancaman bahaya, mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency (makanan, air, obat-obatan, pakaian dan selimut, serta tenda), melatih penanganan pertama korban bencana, berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.
2.      Peran Perawat dalam Keadaan Darurat (Impact Phase)
Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah keadaan stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey mulai melakukan pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian dari tim kesehatan. Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan pertolongan pertama. Ada saat dimana ”seleksi” pasien untuk penanganan segera (emergency) akan lebih efektif. Seleksi pasien dengan cara Triase sebagai berikut:
a.       Triase Merah
Paling penting, prioritas utama. keadaan yang mengancam kehidupan sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan internal, trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-II
b.      Kuning
Penting, prioritas kedua. Prioritas kedua meliputi injury dengan efek sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena dalam keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur tulang multipel, fraktur terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat II.
c.       Hijau
Prioritas ketiga, yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup, luka bakar minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi.
d.      Hitam (meninggal)
Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal.
3.      Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana:
a.       Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari.
b.      Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian
c.       Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan kesehatan di RS.
d.      Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian .
e.       Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi, peralatan kesehatan.
f.       Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa.
g.      Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot).
h.      Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.
i.        Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan psikiater.
j.        Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi.
k.      Peran perawat dalam fase postimpact .
l.        Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan psikologis korban.
m.    Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat untuk kembali pada kehidupan normal.


BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
SPGDT (sistem penanggulangan gawat darurat terpadu) adalah suatu sistem pelayanan penderita gawat darurat yang terdiri dari unsur pelayanan pra rumah sakit,pelayanan di rumah sakit dan pelayanan antar rumah sakit.
SPGDT bencana adalah sistem penanggulangan gawat darurat terpadu yang ditujukan untuk mengatur pelaksanaan penanganan korban pada bencana.
Gempa bumi merupakan peristiwa alam yang ditandai dengan berguncangnya bumi secara tiba-tiba. Gempa bumi dapat menimbulkan bencana yang cukup parah bagi wilayah-wilayah yang mengalaminya.

B.     RENCANA TINDAK LANJUT
1.      Dapat melaksanakan simulasi penanggulangan bencana di kampus dengan SPGDT yang telah dipelajari sebelumnya.
2.      Dapat mengajarkan SPGDT pada warga masyarakat khususnya daerah rawan bencana.



















No comments:

Post a Comment

LAPORAN PENDAHULUAN SEPSIS

LAPORAN PENDAHULUAN SEPSIS 1.         Pengertian Sepsis merupakan respon sistemik terhadap infeksi, berdasarakan adanya SIRS (Syste...